Yusuf Kecil, Anak
yang Sopan dan Cerdas
Kisah nabi Yusuf AS bermula dari negeri Kan’an. Menurut
Wikipedia, Negeri Kanaan adalah istilah kuno untuk wilayah yang meliputi
Palestina, Lebanon, serta sebagian Yordania, Suriah, dan sebagian kecil Mesir
timur laut. Nabi Yusuf merupakan anak nabi Yaqub AS. Kakeknya nabi Ishaq AS
yang merupakan anak dari nabi Ibrahim AS. Nabi Yusuf memiliki 11 saudara
sebapak, beda ibu. Yusuf sendiri memiliki adik sekandung yakni Bunyamin.
Keluarga nabi Ishaq menyebut dirinya sebagai Bani Israil. Kisah nabi Yusuf AS
diabadikan Allah SWT dalam alquran, tepatnya Surat Yusuf (Surat ke-12).
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai
ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku. Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku!
Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan
membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas
bagi manusia.” (QS Yusuf ayat 4-5).
Saudara-saudara Yusuf cemburu terhadap perlakuan nabi Yaqub
kepada Yusuf kecil. Apalagi saat Yusuf kecil menceritakan mimpinya kepada
saudara-saudaranya. Kecemburuan semakin membuncah dan akhirnya tipu daya
syaitan berhasil menggoda mereka untuk berbuat jahat terhadap Yusuf kecil.
Dengan bujuk rayu yang meyakinkan, saudara-saudara Yusuf berhasil menipu Nabi
Yaqub sehingga Yusuf kecil berhasil diajak bermain agak menjauh. Pada saat jauh
dari penjagaan nabi Yaqub, Yusuf kecil dianiaya dan bahkan hendak dibunuh.
Syukurlah salah satu saudaranya bernama Lavi berhasil mencegah pembunuhan
terhadap Yusuf kecil. Lavi mencegah pembunuhan dan menyarankan agar Yusuf kecil
dibuang kedalam sumur.
Pada petang hari, saudara-saudara Yusuf kembali kepada nabi
Yaqub sambil pura-pura menangis mereka mengarang cerita bahwa Yusuf kecil
dimakan serigala. Ditunjukkanlah baju Yusuf kecil yang telah dilumuri darah
palsu. Nabi Yaqub murka sekaligus sedih mengetahui hal ini. Sangat sulit
memaafkan kesalahan saudara-saudara Yusuf. Ia terus saja menangis menyesali
kepergian Yusuf kecil, hingga semakin lama penglihatannya merabun dan bahkan
buta.
“Mereka berkata, “Wahai ayah kami! Sesungguhnya kami pergi
berlomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia
dimakan serigala; dan engkau tentu tidak akan percaya kepada kami, sekalipun
kami berkata benar.” Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran)
darah palsu. Dia (Yakub) berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang
memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik
(bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu
ceritakan.” (QS Yusuf ayat 17-18).
Sementara itu, Yusuf kecil diselamatkan dari sumur oleh
seorang musafir bernama Malik. Ia kemudian menjadikan Yusuf kecil sebagai
barang dagangan. Pada masa itu, memang perdagangan budak masih meraja lela.
Yusuf kecil dibawa ke Mesir untuk dijual sebagai budak, dengan harga yang
sangat murah. Penjualan Yusuf kecil dengan harga yang sangat murah ini
disebabkan sang musafir khawatir dengan perawakan Yusuf kecil yang lebih cakap
dan lebih mirip sebagai keluarga bangsawan ketimbang budak. Daripada
menimbulkan masalah, maka Yusuf kecil dijual cepat dengan harga murah.
“Dan datanglah sekelompok musafir, mereka menyuruh seorang
pengambil air. Lalu dia menurunkan timbanya. Dia berkata, “Oh, senangnya, ini
ada seorang anak muda!” Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang
dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan mereka
menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah, yaitu beberapa dirham saja, sebab
mereka tidak tertarik kepadanya.” (QS Yusuf ayat 19-20).
Yusuf kecil dibeli oleh salah seorang petinggi Mesir yakni
Putifar. Putifar adalah orang nomor dua dalam pemerintahan Mesir saat itu,
setelah raja. Putifar menghadiahkan Yusuf kecil kepada istrinya Zulaikha
sebagai budak ataupun sebagai anak.
“Dan orang dari Mesir yang membelinya berkata kepada
istrinya,” Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, mudah-mudahan
dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan demikianlah
Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir), dan agar
Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.” (QS Yusuf ayat 21).
Yusuf kecil dibina dalam keluarga bangsawan dan tumbuh
sebagai anak yang sangat cerdas dan sangat memegang kuat prinsip Tauhid kepada
Allah SWT. Padahal saat masyarakat di Mesir dikenal sebagai penyembah berhala.
Dewa utama saat itu adalah dewa Amun. Raja Mesir saat itu dianggap sebagai
titisan dewa atau manusia setengah dewa. Raja Mesir saat itu bernama Amunhatep
III, yang berarti sang penyembah dewa Amun. Beberapa kali Yusuf kecil diajak
petinggi Mesir menghadap raja Amunhatep III. Disanalah beliau berkenalan dengan
anak raja yang kelak diangkat sebagai raja Mesir bergelar Amunhatep IV.
Beberapa kali Yusuf kecil menunjukkan kecerdasannya dalam
membaca dan beradu argumentasi dengan beberapa penyembah berhala. Logika yang
digunakan Yusuf kecil sama seperti yang digunakan para nabi leluhurnya yakni
nabi Ibrahim AS. Bagaimana mungkin menyerahkan urusan kepada tuhan yang dibuat
dari batu. Jangankan memberi manfaat, bahkan mereka tidak bisa memperbaiki diri
sendiri jika rusak ataupun terjatuh.
Logika Yusuf kecil ini disukai oleh kalangan istana Mesir
yang saat itu berseteru dengan para pendeta. Raja Mesir kala itu dikenal
sebagai orang yang tidak taat kepada para pendeta kuil Amun, karena pihak
istana sudah mengetahui bahwa para pendeta kuil telah menyalahgunakan
jabatannya dan menghimpun persembahan para pengikut untuk kepentingan sendiri.
Bahkan di masa itu terjadi intrik-intrik pertikaian antara istana dan pendeta
untuk saling berebut pengaruh dari rakyat Mesir.
Kondisi pertikaian antara istana Mesir dengan para pendeta
penyembah berhala ini tampaknya juga menjadi salah satu faktor semakin
meningkatnya pamor Yusuf kecil saat itu. Yusuf kecil disukai pihak istana dan dimusuhi pihak kuil pendeta.
Yusuf Muda, Tampan dan Bijaksana
(bersambung)