Sukuk tersebut menggunakan akad mudharabah atau sistem bagi hasil. Dirut BSM Yuslam Fauzi mengatakan, sukuk tersebut berjangka waktu 10 tahun dengan pemberian indikasi imbal hasil (yield) sekitar 10%. Dengan sistem bagi hasil, imbalan sukuk tidak dapat ditetapkan di muka, sehingga BSM memberikan indikasi sekitar 10%.
”Kami telah menunjuk PT Mandiri Sekuritas dan PT Indo Premier Securities sebagai arranger atau pelaksana emisi. Kami juga telah menunjukkan PT Bank CIMB Niaga Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai agen pemantau atau wali amanat,” kata Yuslam seusai Seminar Akhir Tahun Perbankan Syariah di BI, Jakarta, Rabu (14/12).
Menurut rencana, surat utang tersebut menawarkan opsi untuk membeli kembali (call option) pada tahun kelima. Yuslam menjelaskan, penerbitan tersebut tidak memerlukan pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) karena merupakan emisi terbatas.
Tenaga ahli bidang penerbitan subdebt BSM Iggi Achsien menambahkan, target investor dari penerbitan sukuk terbatas ini adalah yayasan yang bernaung di Grup Bank Mandiri, juga perusahaan asuransi, dan bank lainnya. Perseroan berharap, emisi atau distribusi tersebut telah selesai pada pekan depan karena telah menjelang akhir tahun.
Penerbitan sukuk tersebut ditujukan untuk mendongkrak rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang tergerus karena ekspansi pembiayaan yang cukup tinggi. Berdasarkan aturan Bank Indonesia, sebanyak 50% dari penerbitan subdebt dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap (tier II).
Hingga akhir September 2011, CAR BSM berada di posisi 11,06% turun 41 basis points dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan CAR tersebut dipicu oleh ekspansi pembiayaan yang bertumbuh 58,26% menjadi Rp 36,06 triliun pada akhir November 2011.
Untuk mendukung kekuatan modal perseroan, BSM masih mengharapkan suntikan modal dari induknya yaitu Bank Mandiri sebesar Rp 300 miliar sebelum 2011 berakhir. Tidak hanya itu, pada 2012, BSM juga masih mengharapkan tambahan modal sebesar Rp 500 miliar lagi.
Dalam emisi sukuk BSM tersebut, lembaga pemeringkat Fitch Ratings telah memberikan peringkat AA(idn). Lembaga yang sama juga telah menaikkan peringkat jangka panjang BSM dari AA(idn) menjadi AA+(idn) dengan prospek stabil.
Fitch menyatakan, kenaikan peringkat BSM didorong oleh integrasi yang lebih kuat di bagian manajemen risiko dengan perusahaan induknya, yaitu Bank Mandiri. Selain itu, komitmen induk usaha untuk menambah permodalan juga mendukung kenaikan peringkat BSM.
Prospek stabil tersebut didukung oleh harapan Fitch, bahwa dukungan dari Bank Mandiri bakal terus membuat BSM tumbuh. Rencananya, suntikan modal untuk BSM dalam periode 2011-2013 dapat mencapai Rp 1,3 triliun.
BSM berharap, tahun depan pembiayaan perseroan bisa bertumbuh lebih dari 30%, sebab BSM telah menembus rekor pertumbuhan pembiayaan hingga 48-50%.
Pertumbuhan yang sangat tinggi itu membuat target tahun ini telah tercapai. Hingga November 2011, total aset BSM mencapai Rp 45 triliun dengan dana pihak ketiga (DPK) Rp 40,26 triliun dan pembiayaan Rp 36 triliun.
Sindikasi
Sementara itu, Kepala Divisi Pembiayaan Khusus dan Sindikasi BSM Siti Nurdiana mengatakan, pihaknya telah menyalurkan kredit sindikasi Rp4,3 triliun sejak 2008 hingga kini. Sindikasi tersebut disalurkan ke sektor telekomunikasi, listrik, minyak dan gas, serta pertambangan. Dari nilai itu, sekitar Rp 1 triliun disalurkan tahun ini.
Tahun depan, kata Siti, perseroan merencanakan sindikasi pembiayaan sekitar Rp1,75 triliun, baik kerja sama dengan induk usaha maupun disiapkan (arrange) sendiri bersama bank lain. “Tahun depan kecenderungannya masih ke pertambangan dan listrik, mungkin juga jalan tol,” ujar Siti. (Investor Daily)
No comments:
Post a Comment