Wednesday, December 21, 2011
Dana Haji Perlu Dikelola Bank Syariah
“Hal ini merupakan rencana yang sangat baik dan harus menadpat dukungan penuh dari pemerintah dan umat Islam demi menjaga kemabruran haji seseorang,” kata Surahman. Menurut politisi senior PKS ini, dikelolanya dana haji oleh LKS adalah untuk mengantisipasi tercampurnya dana haji seseorang dengan unsur yang tidak jelas kehalalannya.
Surahman mengatakan sudah saatnya LKS mengambil peran penting untuk menjaga kebaikan jamaah menjalankan ibadah haji. Komisi VIII akan mengusulkan revisi terhadap UU No.13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan Ibadah Haji khususnya pasal 22 guna memberikan peluang kepada LKS agar dapat mengelola dana haji. (Republika)
BSM Terbitkan Sukuk Subdebt Rp500 Miliar
”Kami telah menunjuk PT Mandiri Sekuritas dan PT Indo Premier Securities sebagai arranger atau pelaksana emisi. Kami juga telah menunjukkan PT Bank CIMB Niaga Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai agen pemantau atau wali amanat,” kata Yuslam seusai Seminar Akhir Tahun Perbankan Syariah di BI, Jakarta, Rabu (14/12).
Menurut rencana, surat utang tersebut menawarkan opsi untuk membeli kembali (call option) pada tahun kelima. Yuslam menjelaskan, penerbitan tersebut tidak memerlukan pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) karena merupakan emisi terbatas.
Tenaga ahli bidang penerbitan subdebt BSM Iggi Achsien menambahkan, target investor dari penerbitan sukuk terbatas ini adalah yayasan yang bernaung di Grup Bank Mandiri, juga perusahaan asuransi, dan bank lainnya. Perseroan berharap, emisi atau distribusi tersebut telah selesai pada pekan depan karena telah menjelang akhir tahun.
Penerbitan sukuk tersebut ditujukan untuk mendongkrak rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang tergerus karena ekspansi pembiayaan yang cukup tinggi. Berdasarkan aturan Bank Indonesia, sebanyak 50% dari penerbitan subdebt dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap (tier II).
Hingga akhir September 2011, CAR BSM berada di posisi 11,06% turun 41 basis points dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan CAR tersebut dipicu oleh ekspansi pembiayaan yang bertumbuh 58,26% menjadi Rp 36,06 triliun pada akhir November 2011.
Untuk mendukung kekuatan modal perseroan, BSM masih mengharapkan suntikan modal dari induknya yaitu Bank Mandiri sebesar Rp 300 miliar sebelum 2011 berakhir. Tidak hanya itu, pada 2012, BSM juga masih mengharapkan tambahan modal sebesar Rp 500 miliar lagi.
Dalam emisi sukuk BSM tersebut, lembaga pemeringkat Fitch Ratings telah memberikan peringkat AA(idn). Lembaga yang sama juga telah menaikkan peringkat jangka panjang BSM dari AA(idn) menjadi AA+(idn) dengan prospek stabil.
Fitch menyatakan, kenaikan peringkat BSM didorong oleh integrasi yang lebih kuat di bagian manajemen risiko dengan perusahaan induknya, yaitu Bank Mandiri. Selain itu, komitmen induk usaha untuk menambah permodalan juga mendukung kenaikan peringkat BSM.
Prospek stabil tersebut didukung oleh harapan Fitch, bahwa dukungan dari Bank Mandiri bakal terus membuat BSM tumbuh. Rencananya, suntikan modal untuk BSM dalam periode 2011-2013 dapat mencapai Rp 1,3 triliun.
BSM berharap, tahun depan pembiayaan perseroan bisa bertumbuh lebih dari 30%, sebab BSM telah menembus rekor pertumbuhan pembiayaan hingga 48-50%.
Pertumbuhan yang sangat tinggi itu membuat target tahun ini telah tercapai. Hingga November 2011, total aset BSM mencapai Rp 45 triliun dengan dana pihak ketiga (DPK) Rp 40,26 triliun dan pembiayaan Rp 36 triliun.
Sindikasi
Sementara itu, Kepala Divisi Pembiayaan Khusus dan Sindikasi BSM Siti Nurdiana mengatakan, pihaknya telah menyalurkan kredit sindikasi Rp4,3 triliun sejak 2008 hingga kini. Sindikasi tersebut disalurkan ke sektor telekomunikasi, listrik, minyak dan gas, serta pertambangan. Dari nilai itu, sekitar Rp 1 triliun disalurkan tahun ini.
Tahun depan, kata Siti, perseroan merencanakan sindikasi pembiayaan sekitar Rp1,75 triliun, baik kerja sama dengan induk usaha maupun disiapkan (arrange) sendiri bersama bank lain. “Tahun depan kecenderungannya masih ke pertambangan dan listrik, mungkin juga jalan tol,” ujar Siti. (Investor Daily)
Sunday, October 30, 2011
Gadai Emas Pegadaian tak Tergeser Perbankan Syariah
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA
Meningkatnya bisnis gadai emas di perbankan syariah tidak membuat Perum Pegadaian kehilangan nasabah. Pegadaian mampu meraih laba Rp 1,9 triliun dan menjual hingga 1,4 ton emas per September 2011.
Peningkatan omset gadai emas Pegadaian cukup signifikan, yakni mencapai Rp 10 miliar dalam sembilan bulan. Pada akhir 2010, Perum Pegadaian mampu meraih omset gadai emas hingga Rp 62 triliun. Jumlah itu meningkat menjadi Rp 72 triliun per September 2011. “Kalau dikatakan nasabah Pegadaian direbut perbankan syariah, itu tidak. Kami masih banyak peluang garap gadai emas, “ ujar Direktur Operasional Perum Pegadaian, Mochamad Edy Prayitno, Kamis (27/10).
Menurutnya, bisnis gadai emas di Pegadaian melayani pembiayaan dari Rp 20 ribu hingga Rp 20 juta. Dengan bermain di level mikro, Pegadaian tidak kehilangan nasabah. “Kita terima yang kecil-kecil, ritel, tidak main sampai kiloan, “ ujarnya.Selain di level mikro, Pegadaian berani mematok Loan to Value (LTV) atau rasio nilai barang hingga 93 persen. Hal itu didukung pula nasabah yang menggunakan gadai emas karena membutuhkan dana darurat, bukan spekulasi. “Orang datang ke pegadaian butuh dana untuk usaha produktif sehingga kami tidak merugi, “ ujar dia.
Laba Pegadaian juga berasal dari penjualan emas. Per September 2011, penjualan emas di Pegadaian mencapai 1,4 ton. Untuk mengantisipasi kerugian, Pegadaian mematok uang muka hingga 20 persen pada penjualan emas.
Menurut Edy, sebagian besar emas tersebut digunakan nasabah sebagai investasi. Karena itu, Pegadaian tidak menanggung kerugian akibat penarikan emas besar-besaran ketika harga di pasaran naik. “Bisnis emas akan berkilau jika digunakan untuk usaha produktif, yang bahaya digunakan sebagai capital gain, “ ujarnya.
Redaktur: Johar Arif
Reporter: Nuraini
Friday, October 28, 2011
Buku: Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah
Judul buku: Panduan praktis transaksi perbankan syariah | |
Edition | cet. 1 |
Call Number | 2X4.27 Zul p |
ISBN/ISSN | 9799140269 |
Author(s) | Zulkifli, Sunarto |
Subject(s) | Bank Islam |
Classification | 2X4.27 |
Series Title | |
GMD | Printed Book |
Language | |
Publisher | Zikrul Hakim |
Publishing Year | 2003 |
Publishing Place | Jakarta |
Collation | xvi, 160 hlm. : ilus; 24 cm. |
Abstract/Notes | Bibliografi hlm. 159 |
Jakarta (14/10)- Indonesia memiliki prestasi membanggakan dalam keuangan syariah. Berdasarkan Islamic Finance Country Index , industri keuangan syariah Indonesia menduduki peringkat keempat dunia. Posisi Indonesia berada di bawah Iran, Malaysia, dan Arab Saudi.
“Peringkat ini cukup membanggakan karena di bawah kita adalah negara-negara besar seperti Kuwait, Emirat Arab, dan Inggris,” ujar Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Mulya E Siregar, saat memberi sambutan dalam peluncuran komoditi syariah di Jakarta, Kamis (13/10).
Mulya optimis tahun depan Indonesia akan menduduki peringkat ketiga. Oleh karena itu ia menghimbau kepada seluruh pihak yang terkait agar terus melakukan pengembangan terhadap industri keuangan syariah.
Ia menekankan pengembangan pada produk syariah, khususnya produk syariah base. Sedangkan produk syariah komplien dikembangkan secara selektif.
“Ke depan, kita fokuskan ke produk syariah base, tetapi untuk akselesai tetap perlu dikembangkan syariah komplien secara selektif, “ tandasnya.(ul)
Jakarta (14/10)- Indonesia memiliki prestasi membanggakan dalam keuangan syariah. Berdasarkan Islamic Finance Country Index , industri keuangan syariah Indonesia menduduki peringkat keempat dunia. Posisi Indonesia berada di bawah Iran, Malaysia, dan Arab Saudi.
“Peringkat ini cukup membanggakan karena di bawah kita adalah negara-negara besar seperti Kuwait, Emirat Arab, dan Inggris,” ujar Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Mulya E Siregar, saat memberi sambutan dalam peluncuran komoditi syariah di Jakarta, Kamis (13/10).
Mulya optimis tahun depan Indonesia akan menduduki peringkat ketiga. Oleh karena itu ia menghimbau kepada seluruh pihak yang terkait agar terus melakukan pengembangan terhadap industri keuangan syariah.
Ia menekankan pengembangan pada produk syariah, khususnya produk syariah base. Sedangkan produk syariah komplien dikembangkan secara selektif.
“Ke depan, kita fokuskan ke produk syariah base, tetapi untuk akselesai tetap perlu dikembangkan syariah komplien secara selektif, “ tandasnya.(ul)
PT Bank Syariah Mandiri earn profit 134 billion
PT Bank Syariah Mandiri reported earnings results for the first quarter of 2011. For the quarter, the company reported IDR 134 billion ($14.6 million) in net profit up 54.35% from the same period last year. The increase in net profit was attributable to a 42.83% rise in company income to IDR 861.5 billion.