Thursday, September 4, 2014

Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah

Pembiayaan/kredit bermasalah tidak hanya menjadi virus di bank konvensional, tapi juga mulai menjalar ke bank syariah. Pembiayaan bermasalah dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Pembiayaan bermasalah berdampak langsung kepada laba dan tingkat kesehatan bank. Laba berkurang karena debitur tidak menyetorkan margin/bagi hasil kepada bank.

Selain itu, tunggakan angsuran akan mempengaruhi kolektibilitas nasabah dari “Lancar” menjadi “Kurang Lancar” atau bahkan “Macet” atau lebih dikenal dengan istilah NPF (Non Performing Financing). Semakin tinggi NPF, semakin bank dianggap tidak “SEHAT”. Pada taraf NPF tertentu bank akan dianggap gagal mengelola bisnisnya dan akan mendapatkan pengawasan khusus dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Jika sudah demikian, maka bank akan makin kesulitan mengelola bisnisnya.

Penyebab pembiayaan bermasalah di bank syariah dan bank konvensional pun kurang lebih sama, antara lain:
1.      Faktor bisnis, misal: ditipu rekan bisnis, izin usaha dibekukan, bangkrut, pekerjaan tidak dibayar oleh bowheer, dan lain-lain
2.      Faktor karakter, misal: penyimpangan tujuan penggunaan dana, memang berniat "ngemplang", kabur/hilang/skip, dan lain-lain
3.      Faktor kejahatan bank, misal: kredit fiktif

Akar permasalahannya sama, kualitas Sumber Daya Manusia yang masih perlu ditingkatkan. SDM bank harus memiliki kemampuan yang luar biasa, antara lain:
1.      memiliki pengetahuan/wawasan tentang bisnis, antara lain: memiliki jaringan bisnis, mampu melihat peluang bisnis, mampu menganalisa bisnis, mampu mengidentifikasi risiko dan mampu melakukan mitigasi risiko
2.      memiliki pengetahuan hukum
3.      memiliki hati yang bersih dari keinginan berbuat "jahat"

Sayangnya tidak mudah merekrut Sumber Daya Manusia seperti itu, pasti ada kelebihan dan kekurangan. Mendidik tenaga baru tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tapi mau tidak mau bank harus menginvestasikan pekerjanya agar bisa memberikan kontribusi terbaik di masa depan.

Maka dari itu bank harus memiliki sistem yang juga mampu menyesuaikan diri dengan berbagai risiko. Bank harus memiliki:
1.      sistem rekrutmen yang dinamis
2.      sistem benefit yang memadai
3.      manajemen risiko yang kuat
4.      infrastruktur teknologi yang sesuai
5.      produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah (product centric)
6.      sistem penagihan yang kuat

No comments: