Pembiayaan/kredit
bermasalah tidak hanya menjadi virus di bank konvensional, tapi juga mulai
menjalar ke bank syariah. Pembiayaan bermasalah dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan bank. Pembiayaan bermasalah berdampak langsung kepada laba dan tingkat
kesehatan bank. Laba berkurang karena debitur tidak menyetorkan margin/bagi
hasil kepada bank.
Selain itu,
tunggakan angsuran akan mempengaruhi kolektibilitas nasabah dari “Lancar”
menjadi “Kurang Lancar” atau bahkan “Macet” atau lebih dikenal dengan istilah
NPF (Non Performing Financing). Semakin tinggi NPF, semakin bank dianggap tidak
“SEHAT”. Pada taraf NPF tertentu bank akan dianggap gagal mengelola bisnisnya
dan akan mendapatkan pengawasan khusus dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Jika
sudah demikian, maka bank akan makin kesulitan mengelola bisnisnya.
Penyebab
pembiayaan bermasalah di bank syariah dan bank konvensional pun kurang lebih
sama, antara lain:
1.
Faktor bisnis, misal: ditipu rekan bisnis, izin usaha
dibekukan, bangkrut, pekerjaan tidak dibayar oleh bowheer, dan lain-lain
2.
Faktor karakter, misal: penyimpangan tujuan penggunaan
dana, memang berniat "ngemplang", kabur/hilang/skip, dan lain-lain
3.
Faktor kejahatan bank, misal: kredit fiktif
Akar
permasalahannya sama, kualitas Sumber Daya Manusia yang masih perlu
ditingkatkan. SDM bank harus memiliki kemampuan yang luar biasa, antara lain:
1.
memiliki pengetahuan/wawasan tentang bisnis, antara
lain: memiliki jaringan bisnis, mampu melihat peluang bisnis, mampu menganalisa
bisnis, mampu mengidentifikasi risiko dan mampu melakukan mitigasi risiko
2.
memiliki pengetahuan hukum
3.
memiliki hati yang bersih dari keinginan berbuat
"jahat"
Sayangnya tidak
mudah merekrut Sumber Daya Manusia seperti itu, pasti ada kelebihan dan
kekurangan. Mendidik tenaga baru tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang
tidak sebentar. Tapi mau tidak mau bank harus menginvestasikan pekerjanya agar
bisa memberikan kontribusi terbaik di masa depan.
Maka dari itu
bank harus memiliki sistem yang juga mampu menyesuaikan diri dengan berbagai
risiko. Bank harus memiliki:
1.
sistem rekrutmen yang dinamis
2.
sistem benefit yang memadai
3.
manajemen risiko yang kuat
4.
infrastruktur teknologi yang sesuai
5.
produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah (product centric)
6.
sistem penagihan yang kuat
No comments:
Post a Comment