Perkembangan
industri perbankan Indonesia sudah mengalami masa pasang surut. Krisis keuangan
Asia pada tahun 1998, imbas krisis di Amerika tahun 2008 dan krisis di kawasan
Eropa tahun 2011 merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga bagi bangsa
Indonesia. Indonesia sendiri mengalami krisis pada tahun 1997. Kasusnya pun
masih belum tuntas hingga saat ini. Kasus dimaksud adalah kasus BLBI (Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia). Hingga saat ini, penyelesaian kasus BLBI masih
belum jelas siapa yang bersalah.
Dibutuhkan
langkah untuk memperbaiki kualitas industri perbankan Indonesia. Perbaikan
tersebut tidak hanya dari sisi bank sebagai entitas bisnis berorientasi laba
tetapi juga meningkatkan pengetahuan para banker dan mendorong penerapan
manajemen yang lebih baik dalam mengelola bank.
Pada
tanggal Sembilan Januari tahun 1994, Bank Indonesia menerbitkan API (Arsitektur
Perbankan Indonesia) sebagai suatu kerangka menyeluruh arah kebijakan
pengembangan industri perbankan Indonesia. Salah satu pilar API adalah
menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi
serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko.
Arti
Penting Penerapan Manajemen Risiko
Penerapan manajemen risiko menjadi
sangat penting agar kejadian krisis keuangan tahun 1997 tidak terulang kembali.
Minimal ada tiga arti penting manajemen risiko, antara lain:
1.
Bagi Bank, penerapan manajemen
risiko tidak dimaksudkan untuk menghambat pertumbuhan bisnis bank. Tetapi untuk
memastikan bahwa risiko dalam bisnis yang dijalankan diketahui dan disadari
oleh bank dan diupayakan agar risiko tersebut masih berada dalam koridor
toleransi risiko bank.
2.
Bagi shareholder (pemilik saham), penerapan
manajemen risiko juga berperan meningkatkan shareholder value, memberikan
gambaran kepada pengelola bank mengenai potensi kerugian di masa mendatang,
jumlah modal yang yang diperlukan untuk menutup berbagai risiko dibandingkan
potensi return yang diharapkan.
3. Bagi pemerintah, penerapan manajemen
risiko bagi regulator adalah untuk memudahkan penilaian terhadap potensi
kerugian yang dihadapi bank yang dapat mempengaruhi permodalan bank. Modal bank
sendiri merupakan komponen penting untuk melindungi dana nasabah di bank. Hal
ini penting dilakukan mengingat permasalahan yang terjadi pada satu bank akan
dengan mudah merembet pada bank lainnya.
No comments:
Post a Comment